Setelah AS dan China, Indonesia Seharusnya Bisa Menjadi Pusat Kemajuan AI Dunia - Article Politeknik AI BMD
Teknologi

Setelah AS dan China, Indonesia Seharusnya Bisa Menjadi Pusat Kemajuan AI Dunia

Oleh Dr. Ing. Ridho Rahmadi, M.Sc. (Direktur PLAI BMD)

30 Mei 2025 Teknologi
setelah-as-dan-china-indonesia-seharusnya-bisa-menjadi-pusat-kemajuan-ai-dunia

DeepSeek, sebuah perusahaan AI dari China, telah menggemparkan dunia dengan model AI-nya yang memiliki kecerdasan sebanding dengan ChatGPT, model AI milik perusahaan Amerika Serikat, OpenAI, dan bahkan mengungguli di beberapa benchmark yang lain.


Yang mencengangkan adalah model AI DeepSeek ini, dihasilkan dari komputasi yanghanya menggunakan 2048 GPU, jika dibanding dengan chatGPT yang menggunakansekitar 25000 GPU. Ini artinya, model AI DeepSeek hanya memakai kira-kira 8% dari sumber daya komputasi yang digunakan pada model chatGPT. Dan perlu kita tahu, DeepSeek bahkan tidak menggunakan GPU yang tercanggih yang ada saat ini, karena Amerika Serikat melarang perusahaan-perusahaannya untuk menjual GPU canggih ke China, dan hanya mengizinkan menjual beberapa jenis GPU saja, yang sudah dikurangi kemampuannya. Karena keterbatasan ini DeepSeek justru, membuat terobosan dengan melakukan inovasi pada algoritma komputasi paralelnya, yang menghasilkan model AI yang sebanding dengan model AI juara lainnya, yang dihasilkan dari komputasi yang lebih masif.


DeepSeek bahkan merilis model AI-nya secara open source, yang artinya siapapun bebas untuk menggunakan dan mengembangkan model AI dari DeepSeek. Fenomena model AI DeepSeek yang “murah ini” membuat pasar saham Amerika kehilangan USD 1 triliun dalam semalam, dan Presiden AS Donald Trump mengatakan “this is a wake-up call”, sebuah situasi penting untuk direspons.


Kalau kita amati, kompetisi AI bukan hanya masalah siapa yang memiliki model AI yang paling cerdas, tapi potensi ekonomi yang besar yang menjanjikan di baliknya. Dan lebih jauh lagi, kemajuan AI sebuah negara dapat menjadikan negara tersebut memiliki pengaruh ekonomi dan politik dalam kancah global. Terguncangnya pasar saham AS gara-gara DeepSeek kemarin adalah satu contohnya.


Yang ingin saya sampaikan ialah, sesungguhnya bukan sesuatu yang terlampau mahal atau mimpi di siang bolong bagi kita, Indonesia, untuk bisa masuk ke dalam papan atas kompetisi global AI ini. Dan ini barangkali adalah sesuatu yang penting untuk kitapertimbangkan.


Untuk ikut dalam kompetisi ini, yang kita butuhkan, pertama, superkomputer; kedua, sumber daya manusia; dan ketiga, research and development. Untuk superkomputer, kita “hanya” butuh sekitar Rp1 triliun untuk memiliki superkomputer seperti yang digunakan DeepSeek, atau sekitar Rp 6 triliun hingga Rp10 triliun untuk superkomputer yang digunakan ChatGPT atau Grok.


Saya menggunakan kata “hanya” di sini, karena angka 1, 6, bahkan 10 triliun, terbilang relatif kecil dan masuk akal dalam perspektif postur APBN, mengingat penting dan besarnya potensi dampak positif secara ekonomi dan politik untuk negeri ini, sehingga rasanya tidak berlebihan kalau ini dijadikan salah satu prioritas. Dan Indonesia, saat ini tidak termasuk dalam list negara yang dianggap ancaman oleh Amerika, sehingga GPU-GPU tercanggih pabrikan Amerika saat ini masih dapat masuk dengan relatif mudah. Jadi sesungguhnya kondisi kita dibanding China dalam hal ini lebih baik.


Kedua, adalah sumber daya manusia. Sepanjang yang saya amati, insya Allah saya yakin, kita tidak kekurangan ahli machine learning atau deep learning di negeri ini, baik dari dunia akademi, praktisi, maupun industri, yang keilmuannya cukup mumpuni dengan berbagai macam referensi terkini. Kita hanya perlu duduk bersama dan menyatukan visi.


Ketiga, adalah research and development. Dengan modal sumber daya superkomputer dan sumber daya manusia tadi, kita harus memperdalam berbagai riset kolaboratif antara dunia akademi dan industri untuk mengembangkan model-model AI, komputasi paralel, dan lain sebagainya, dengan target menghasilkan model AI yang memiliki kecerdasan setara atau bahkan lebih dari model DeepSeek.


Kalau ini terjadi, insya Allah, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi juara dunia ketiga untuk kemajuan AI, setelah Amerika dan China. Insya Allah secara perlahan hal ini akan menarik investor asing untuk datang membangun berbagai bisnis di sini khususnya bisnis AI.


Para periset asing akan mulai melirik model-model AI dari Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai salah satu referensi global untuk research and development AI. Dan selanjutnya, tentu kita harapkan dengan kemajuan AI yang kita kembangkan ke arah militer, pertahanan, pertanian, dan lain sebagainya, Indonesia kemudian mulai dipandang, diperhitungkan, dan memiliki pengaruh dalam peta geopolitik internasional. Apakah ini mungkin? Menurut saya, insya Allah ini sangat mungkin.