Mahalkah Membuat Superkomputer DeepSeek? Ternyata Lebih Murah dari Coretax - Article Politeknik AI BMD
Teknologi

Mahalkah Membuat Superkomputer DeepSeek? Ternyata Lebih Murah dari Coretax

Oleh Dr. Ing. Ridho Rahmadi, M.Sc. (Direktur PLAI BMD)

30 Mei 2025 Teknologi
mahalkah-membuat-superkomputer-deepseek-ternyata-lebih-murah-dari-coretax

DeepSeek, sebuah aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) asal China, menjadi pesaing kuat bagi platform besar AI lainnya seperti Meta AI dan ChatGPT. Salah satu keunggulan DeepSeek adalah penggunaan chip canggih yang dikembangkan tanpa bergantung pada impor dari AS. Teknologi ini memungkinkan aplikasi AI bekerja dengan daya komputasi yang lebih rendah dan biaya yang lebih hemat.


Lantas, seberapa mahal superkomputer yang digunakan DeepSeek? DeepSeek menggunakan superkomputer dengan total 2048 GPU, dengan tipe H800 keluaran Nvidia, yang diklaster per 8 GPU, dengan lama komputasi 2.788.000 GPU hours atau sekitar hampir dua bulan lamanya.


Untuk membeli superkomputer dengan spesifikasi tersebut, kita butuh sekitar Rp 1 triliun atau untuk menyewa jasa komputasi sebagaimana tadi, kita butuh sekitar Rp 91 miliar.


Apakah Rp1 triliun terlalu mahal untuk sebuah model AI? Jika melihat potensi ekonomi dan pengaruh sebuah model AI yang cerdas dalam peta geopolitik internasional, Rp 1 triliun tidaklah mahal. Kalau dibanding anggaran belanja pemerintah pusat sebesar Rp 2701 triliun, 1 triliun hanyalah 0.04%. Kalau 10 juta penduduk Indonesia, atau sekitar seperlima penduduk Jawa Barat patungan bersama, maka hanya butuh 100 ribu per orang untuk dapat mengumpulkan Rp 1 triliun.


Rp1 triliun bahkan tidak lebih mahal dari anggaran sistem perpajakan CoreTax senilai Rp 1,2 triliun yang katanya sangat memusingkan itu. Atau seumpama dana megakorupsi PT. Timah Rp 300 triliun, BLBI Rp 138 triliun, Asabri Rp 23 triliun, Jiwasraya Rp 17 triliun, kondensat ilegal di Tuban Rp 35 triliun, Duta Palma Rp 101 triliun, menara BTS 4G Rp 8 triliun, PSN Rp 2,7 triliun, dan triliunan rupiah lainnya dikembalikan dan dikumpulkan jadi satu, kira-kira totalnya lebih dari Rp 620 triliun.


Dengan dana sebesar ini, kita bisa punya superkomputer yang kekuatannya 600 kali lipat superkomputer DeepSeek, 158 kali lipat dari superkomputer Meta (Llama 3.1), 101 kali lipat superkomputer ChatGPT, 63 kali lipat superkomputer Grok, dan bahkan mungkin kita bisa masuk 5 besar top 500 supercomputer dunia.


Saya yakin kita semua sekarang berandai-andai, seandainya saja tidak ada korupsi-korupsi itu. Tapi tentu saja, tetap harus ada sebagian anak bangsa yang berpikir progresif, move on, dan memikirkan salah satunya ide-ide inovatif tentang AI ini.


Yang ingin saya sampaikan, sekali lagi, ini bukan mimpi di siang bolong bagi kita, Indonesia, untuk bisa turut serta dalam kompetisi global model AI. Tidak hanya kita akan mendapatkan dampak ekonomi yang positif, tapi juga pengaruh dalam peta geopolitik internasional, yang membuat kita, sebagai bangsa yang merdekadan berdaulat, lebih dipandang dan diakui. Jadi, haruskah kita tunggu inisiatif dari pemerintah atau kita bisa mulai sendiri?